Selasa, 18 April 2017

“ SISTEM PENGAPIAN & PENDINGINAN PADA MOTOR BAKAR”

“ SISTEM PENGAPIAN & PENDINGINAN PADA MOTOR BAKAR"

PENGAPIAN KONVENSIONAL



Ada tiga syarat suatu pembakaran dapat terjadi yakni ada bahan bakar, udara dan api. Api dalam pembakaran tidak mungkin muncul dengan begitu saja, pasti ada sebab kemunculannya. Untuk memunculkan api ini maka perlu dibuat suatu sistem yang disebut sistem pengapian. Jadi sistem pengapian adalah suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang memilki fungsi yang berbeda yang dirangkai sedemikian rupa sehinga menjadi memiliki satu fungsi yakni memercikan bunga api.

Sistem pengapian bertujuan untuk mengahasilkan arus listrik bertegangan tinggi untuk kebutuhan pembakaran campuran bahan bakar dalam udara dalam ruangan bakar. Pada dasarnya rangkaian pada sistem pengapian ada dua yaitu pengapian primer dan pengapian sekunder.Pada rangkaian primer sistem pengapian mencakupseluruh komponen yang bekerja dengan tegangan rendah, dari batrai atau alternator, sedangkan rangkaian sekunder bekerja pada tengangan tinggiseperti pada komponen yang ada setelah terminal outputkoil sampai pada masa busi.

Sudut dwel adalah sudut putaran cam distributor pada saat kontak platina menutup sampai kontak platina mulai membuka pada tonjolan cam berikutnya. Besarnya sudut dwel sangat berpengaruh terhadap unjuk kerja koil. Sudut dwel yang besar akan membuat koil cepat panas dan akhirnya kemampuan menurun. Bila sudut dwel terlalu kecil, koil tidak cukup untuk dapat mencapai pemagnetan maksimum, akhirnya efisiensi juga menurun.


Sudut dwel mempunyai hubungan yang sangat erat dengan besar celah kontak platina. Semakin besar celah kontak platina akan semakin kecil sudut dwel dan senaliknya semakin kecil kontak platina akan semakin besar sudut dwel. Untuk mengetahui besar sudut dwel digunakan ala dwell tester, umumnya dwell tester dikombinasikan denagan tachometer.


Fungsi sistem pengapian

·         Sebagai swicth untuk menghidupkan dan memeriksa mesin,

·         Dapat bekerja dengan tegangan listrik yang berbeda (tengan batray dan tegangan alternator).

·         Menghasilkan busur listrik tegangan tinggi pada busi untuk melakukan pembakaran.

·         Mendistribusikan tegangan tinggi kebeberapa busi dengan urutan yang tepat.

·         Memastikan saat pengapian tepat beberapa derajat sebelum piston mencapai titik mati atas pada saat langka kompresi.

·         Mengubah saat pengapian sesuai dengan tingkat perubahan putaran.\

Beberapa syarat dari sistem pengapian
·         Sistem pengapian harus mempunyai suatu sumber energi, 

·         Sistem pengapian harus mampu mensuplai arus yang cukup (ke koil) untuk menghasilkan medan magnet yang kuat untuk mendapatkan energi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan bunga api untuk membakar campuran udara bahan bakar di dalam ruang bakar, 

·         Sistem pengapian harus menghasilkan tegangan puncak yang lebih tinggi dari pada syarat batas tegangan busi pada semua tingkat kecepatan, 

·         Durasi loncatan api harus cukup lama dengan energi yang cukup untuk menjamin terjadinya penyalaan campuran udara dan bahan bakar,

·         Sistem pengapian harus mendistribusikan tegangan tinggi ke tiap busi pada saat yang tepat dalam tiap siklus,

·         Sistem pengapian harus mempunyai ketahanan yang cukup untuk menahan getaran dan panas yang dihasilkan oleh mesin.


KOMPONEN SISTEM PENGAPIAN


Baterai
            Bataeai pada sistem pengapian berfungsi untuk menyimpan arus listrik dalam bentuk kimia dan mensuplai arus kerangkaian primer guna mendapatkan induksi tegangan tinggi untuk pembakaran pada mesin bensin.




   Kunci Kontak
            Kunsi kontak pada sistem pengapian berfungsi sebagai alat untuk menghubungkan dan memutus arus dari batrai kerangain primer. Pada produk jepang terminal pada kunci kontak di tandai pada huruf alphabet B (batrai), IG (ignition), ST (starter), dan ACC (Accesori). Sedangkan pada kendaraan produk eropa, ditandai dengan yakni 30 (batray), 15 (ignition), 50 (starter/selenoid).





    Koil Pengapian

          Koil berfungsi untuk merubah tegangan rendah dari baterai menjadi tegangan tinggi untuk menghasilkan bunga api pada busi.



Untuk dapat mempertinggi tegangan listrik tersebut pada ignition coil terdapat 2 kumparan-kumparan

·         Kumparan Primer

Pada kumparan primer timbul induksi sendiri dengan tegangan 300-400v.arus ini kemudian mengalir dan di simpan untuk sementara dalam kondensorr.apabila pemutus arus menutup kembali maka muatan listrik yang ada dalam kondensor tersebut diatas akan mengalir ke rangkaian arus primer segera menjadi penuh. Demikian pemutus arus dibuka kembali maka arus induksi yang terjadi pada kumparan sekunder cukup besar.

a.       Menciptakan medan magnet

b.      Penampang kawat besar

c.       Jumlah gulungan sedikit + 200-500 lilitan

·         Kumparan Sekunder

Pada kumparan sekunder timbul arus induksi dengan tegangan 10.000 – 20.000 volt. Pada motor selinder satu atau dua arus mengalir ke busi. Sedangkan pada motor selinder banyak arus mengalir ke busi lewat pembagi arus sesuai dengan piring order/urutan pengapian.

a.       Merubah induksi menjadi tegangan tinggi penampang kawat kecil.

b.      Penampang kawat kecil

Jumlah gulungan banyak + 20.000 Lilitan



Koil pengapian dengan menggunakan resistor

         Fungsi Resistor adalah untuk mengurangi penurunan tegangan pada Secundary Coil pada saat putaran mesin tinggi dan untuk menstabilkan arus yang masuk ke kumparan primer



Koil tanpa rersistor, nilai tahanan gulungan primer besar, sehingga membutuhkan waktu lama agar arus yang masuk ke gulungan primer mencukupi untuk pembentukan medan magnet.
                        Koil yang dilengkapi dengan resistor, nilai tahanan pada gulungan primer menjadi lebih kecil akibatnya arus yang masuk ke gulungan primer dapat segera mencukupi untuk pembentukan medan magnet.

Resistor pada koil pengapian sendiri terbagi menjadi : External resistor dan Internal resistor


    Kontak (Platina)

          Platina merupakan komponen yang menghubungkan dan memutus arus rangkaian primer yang di kontrol oleh braker cam pada poros distributor. Arus pada kontak platina bisa mencapaia 5 ampere dan tegangan yang dihasilkan kumparan bisa mencapai 500 volt. Kondisi kontak platina bisa berpengaruh pada sudut dwel angle yaitu sudut yang dibentuk oleh cam pada distributor saat kontak platina menutup hingga membuka kembali.

          Pada sistem pengapian transistor signal generator dipasang di dalam distributor untuk menggantikan breaker point (platina) dan cam. Signal generator membangkitkan tegangan untuk mengaktifkan transistor pada igniter untuk memutus arus primer pada ignition coil. Igniter terdiri dari sebuah detektor yang mendeteksi EMF yang dibangkitkan oleh signal generator. Signal amplifier dan power transistor, yang melakukan pemutusan arus primer ignition coil pada saat yang tepat sesuai dengan signal yang diperkuat. Pengaturan dwell angle untuk mengoreksi primary signal sesuai dengan bertambahnya putaran mesin disatukan di dalam igniter.



Kondensor
            Kondensor pada sistem pengapian berfungsi untuk meredam arus yang dapat menimbulkan percikan api pada kontak platina. Kondensor terbuat dari dua lembar alumunium yang di batasi dengan kertas isolasi.









   Distributor

Ditributor mempunyai tiga fungsi yaitu :

1.      Menghubungkan dan memutus arus pada rankaian primer sehingga volt menghasilkan teganga tinggi.

2.      Menjadikan tepat waktu pembangkitan tegangan tinggi sesuai dengan putaran mesin (bagian mekanis contrifugal advancer dan vacum advancer).

3.      Meneruskan arus bertegangan tinggi pada busi sesuai dengan dengan urutan pengapian.


                        Pada distributor terdapat komponen untuk mempercepat saat terjadinya pengapian yaitu contrifugal advancer dan vacum advancer. contrifugal advancer bekerja berdasarkan putaran mesin, sedangkan vacum advancer bekerja berdasarkan kevakuman pada saluran masuk ( intake manifold ).







 Kabel Tegangan Tinggi (Kabel Busi)

                   Kabel tegangan tinggi mengalirkan arus bertegangan tinggi yang dibangkitkan koil melalui distributor ke busi. Pada ujung kabel tengan tinggi terdapat penutup ( boot ) yang berguna untuk menjada terminal dari korosi, minyak dan udara lembab. Pnutup ini sifatnya fleksibel sehingga dapat menutup kabel denga rapat ke penutup ditributor, koil pengapian dan busi.

                   Engine untuk racing mobil-mobil lama biasanya menggunakan kabel tegangan tinggi denga kawat solid. Dalam hal ini kawat yang digunakan ada beberapa buah yang di pelintir bersama-sama. Kabel tengan tinggi dengan kawat ini sudah mulai di tinggalkan karena mengganggu radio dan televisi.

                   Kabel sekunder ( tegangan tinggi ) yang sekarang banyak dipakai menggunakan tahanan pada saat produksi. Tujuannya adalah untuk memfilter gangguan dan suara berisik pada radio. Kabel teganga tinggi di buat dari karbon yang di pasang di tenggah anyaman nilon. Kabel-kabel tenggan tinggi ini mempunyai tahanan sekitar 33.000 Ohm/meter.

Busi
Meloncatkan bunga api listrik diantara kedua elektroda busi di dalam ruang bakar, sehingga pembakaran dapat dimulai. Beban dan tuntunan pada busi


Beban
Hal-hal yang di tuntut
Panas.
·         Temperatur gas dalam ruangan bakar berubah, temperatur pada pembakaran 2000 - 3000dan waktu pengisian 0 – 120o  C.
·   - Elektrode pusat dan isolator harus tahan temperatus tinggi≈ 800C.
·   - Cepat memindahkan panas sehingga temperatur tidak boleh lebih dari 800oC.
Mekanis.
·         Tekanan pembakaran 30 – 50 bar.
·   - Bahan harus kuat.
·   - Kontruksi harus rapat.
Kimia.
·         Erosi bunga api.
·         Erosi pembakaran.
·         Kotoran.
·   - Bahan elektroda harus tahan temperatur tinggi ( nikel, paltinum ).
·   - Bahan kaki isolator yang cepat mencapai temperatus pembersih diri ( ± 400oC).
Elektris.
·         Tegangan pengapaian mencapai 45000 volt.
·   - Bentuk isolator yang cocok sehingga jarak elektroda pusat ke masa jauh.
·   - Kontruksi perinting arus yank cocok.



\
 CARA KERJA SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL


a.       Kunci kontak ON platina dalam kondisi menutup

Arus listrik akan mengalir dari (+) battery menuju ke sekring kemudian ke terminal B kunci kontak → IG kunci kontak → (+) koil →kumparan primer koil → (-) koil →platina → massa. Akibatnya pada kumparan primer koil timbul kemagnetan yang mempengaruhi kumparan skunder koil.





Gambar Cara kerja sistem pengapian konvensional

Keterangan :

1.      Kumparan primer koil                             7. Battery 

2.      Kumparan skunder koil                           8. Kunci kontak

3.      Koil                                                         9. Distributor

4.      Kondensor                                              10. Kabel busi/kabel tegangan tinggi

5.       Platina (kontak pemutus)                        11. Busi

6.      Sekring



b.       Platina mulai terbuka

Arus listrik dari battery ke kunci kontak ke koil ke platina sampai ke massa menjadi terputus. Akibatnya pada kumparan primer dan skunder koil terjadi induksi. Pada kumparan skunder koil terjadi induksi tegangan tinggi yang besarnya 10.000 – 20.000 Volt yang dialirkan ke distributor dan ke masing-masing busi sehingga busi dapat meloncatkan bunga api listrik. Pada kumparan primer koil terjadi induksi sendiri yang besarnya 300 – 400 Volt yang selanjutnya disimpan di kondensor 
JENIS – JENIS GANGGUAN PADA SISTAM PENGAPIAN KONVENSIONAL
     Kinerja sistem pengapian sangat besar pengaruhnya terhadap kesempurnaan proses pembakaran di dalam silinder, dengan sistem pengapian yang baik akan diperoleh peforma mesin optimal dan pemakaian bahan bakar yang hemat. Gangguan sistem pengapian konvensional pada motor bensin paling sering terjadi dibandingkan sistem lain.
     Berikut akan diuraikan mengenai gejala dari gangguan pada sistem pengapian konvensional beserta dengan dengan kemungkinan penyebab dan cara mengatasi gangguan yang terjadi pada sistem pengapian konvensional.


No.
Gejala
Kemungkinan Penyebab
Cara Mengatasi
1
Mesin tidak dapat hidup (tidak ada percikan api di busi)
Busi mati atau deposit berlebihan.
Ganti busi atau bersihkan.
Kabel tegangan tinggi bocor berlebihan.
Ganti kabel tegangan tinggi.
Rotor tidak terpasang.
Pasang rotor.
Urutan pengapian tidak benar.
Perbaiki urutan pengapian.
Platina terganjal kotoran.
Bersihkan kotorannya.
Platina membuka terus atau menutup terus.
Setel celah platina atau sudut dwel.
Koil mati.
Ganti koil.
Kondensor mati.
Ganti kondensor
Konektor kabel lepas.
Pasang konektor kabel yang lepas
Kabel putus.
Ganti atau perbaiki kabel yang putus.
Kontak rusak.
Ganti kontak.
2
Mesin sulit hidup (percikan api di busi kecil)
Deposit (penumpukan kerak) di busi berlebihan.
Bersihkan atau ganti busi.
Kabel tegangan tinggi bocor.
Ganti kabel tegangan tinggi.
Tutup distributor kotor.
Bersihkan terminal di tutup distributor.
Karbon di tutup distributior hilang.
Pasang karbon atau ganti tutup distributor.
Tutup distributor retak.
Ganti tutup distributor.
Urutan pengapian tidak benar.
Perbaiki urutan pengapian.
Kontak platina kotor.
Bersihkan kontak atau ganti.
Setelan celah platina tidak tepat.
Setel celah platina atau sudut dwell.
Koil rusak.
Ganti koil.
Kondesor rusak.
Ganti kondensor.
Konektor kabel kotor.
Bersihkan terminal konektor kabel.
Saat pengapian tidak tepat.
Setel saat pengapian
3
Terjadi ledakan di knalpot
Busi kotor.
Bersihkan busi atau ganti busi.
Platina kotor.
Bersihkan platina atau ganti.
Saat pengapian terlalu muindur.
Setel saat pengapian
4
Terjadi ledakan di knalpot saat pedal gas dilepas
Kerja vacum advancer kurang sempurna.
Perbaiki mekanisme vacuum advancer.
5
Terjadi ledakan di knalpot saat pedas gas ditekan
Kerja centrifugal advancer kurang sempurna.
Perbaiki mekanisme centrifugal advancer.
6
Busi cepat kotor
Pemakaian busi yang tidak tepat
Ganti busi dengan tingkat panas yang tepat.
Platina kotor.
Bersihkan atau ganti platina.
Saat pengapian tidak tepat.
Setel saat pengapian.
7
Elektroda besi meleleh
Pemakaian tingkat busi yang terlalu panas.
Ganti busi dengan tingkat panas busi yang lebih dingin.








SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK

Sistem pengapian ini memanfaatkan transistor untuk memutus dan mengalirkan arus primer koil. Jika pada sistem pengapian konvensional pemutusan arus primer koil dilakukan secara mekanis dengan membuka dan menutup kontak pemutus, maka pada sistem pengapian elektronik pemutusan arus primer koil dilakukan secara elektronis melalui suatu power transistor yang difungsikan sebagai saklar (switching transistor).
Sistem pengapian elektronik mempunyai efisiensi yang lebih besar bila dibandingkan dengan sistem pengapian konvensional. Sistem pengapian ini menggunakan komponen elektronik seperti transistor, dioda, resistor dan kapasitor untuk memperbesar efisiensi sistem penyalaan. Sistem pengapian elektronik juga dikenal dengan sistem pengapian transistor.
  
 KOMPONEN SISTEM PENGAPIAN FULL TRANSISTOR DI DALAM DISTRIBUTOR



Pada sistim pengapian full transistor didalam distributor terdapat

a.       Signal Rotor

Berupa rotor yang terpasang pada poros distributor dan berputar sesuai dengan putaran poros distributor, dan memiliki tonjolan sesuai dengan jumlah silinder mesin

b.      Signal Generator

Berupa gulungan yang disebut pick-up coil, yang menghasilkan tegangan induksi karena adanya perubahan flux magnet pada saat signal rotor berputar

c.       Ignitor

Rangkaian elektronik yang berfungsi untuk meutus dan menghubungkan arus lisktrik pada primary koil

d.      Pick – Up Coil

Generator yang berfungsi untuk menghasilkan arus maupun tegangan untuk mengaktifkan ignitor.

e.       Magnet

Sebagai sumber induks




Gambar Komponen sistem pengapian full transistor di dalam distributor
   Cara kerja signal generator



Gambar Cara kerja signal generator



·         Gambar B. Kaki rotor mendekati mendekati inti pick-up coil : kemagnetan membesar ke arah positif ( + )

·         Gambar C. Kaki rotor lurus dengan  inti pick-up coil : kemagnetan pada inti maximum tegangan = 0

·         Gambar D. Kaki rotor menjauhi inti pick-up coil : kemagnetan membesar ke arah negatif ( - )



Keuntungan sistem pengapian elektronik adalah :

·         Tidak menggunakan kontak poin.

·         Tidak memerlukan perawatan kontak poin.

·         Sudut Dwell ditetapkan oleh unit pengapian.

·         Saat pengapian lebih tepat.

·         Percikan bunga api lebih besar dan lebih lama sangat berguna untuk mengendalikan emisi gas buang.

Sistem pengapian elektronik ada beberapa macam, antara lain:

·         CCTI ( Contact Controlled Transistor Ignition)

·         MCTI ( Magnetically Controlled Transistor Ignintion )

·         CDI (Capasitor Discharge Ignition)

·         IRLISPARK ( Infra Red Light Ignition System)

·         PEI ( Pointless Electronic Ignition)

·         AIS ( Amplifier Type Ignition System



Dibandingkan dengan pengapian konvensional, pengapian sistem elektronik mempunyai banyak kelebihan. Pengapian konvensional mempunyai beberapa kekurangan, antara lain:

1.                  Berkurangnya tegangan tinggi yang dihasilkan koil pada putaran rendah.

2.                  Perubahaan saat pengapian cepat sekali.

Kedua hal tersebut diatas disebabkan oleh arus listrik yang mengalir pada kontak pemutus dan terjadinya loncatan bunga api pada kontak pemutus. Besarnya arus dan tegangan pada kumparan primer menyebabkan timbulnya bunga api pada kontak pemutus. Besarnya arus listrik yang mengalir pada kumparan primer menyebabkan timbulnya bunga api pada kontak pemutus saat kontak pemutus akan menutup. Besarnya tegangan induksi pada kumparan primer menyebabkan timbulnya bunga api listrik pada saat kontak pemutus mulai membuka. Terbakarnya kontak pemutus menyebabkan keausan sehingga mengakibatkan saat pengapian berubah. Akibat loncatan bunga api pada saat kontak pemutus mulai membuka mengakibatkan penurunan kecepatan pemutusan arus pada kumparan primer. Akibatnya, tegangan tinggi yang dihasilkan kumparan sekunder koil menjadi turun.

Transistor dipasangkan pada sistem pengapian modern untuk menghilangkan terjadinya loncatan bunga api pada kontak pemutus. Oleh transistor tersebut arus listrik yang mengalir melalui kontak pemutus diperkecil, dan titi kontak tidak berhubungan langsung dengan kumparan primer agar tidak ada arus induksi yang mengalir pada titik kontak pemutus saat membuka.


      Pemeriksaan dan perawatan
·         Untuk sistem pengapian elektronik dengan kontak pemutus, periksa celah kontak pemutus dengan fuller gauge atau pengetes dwel. Periksa keadaan kontak pemutus dan menutupnya kontak pemutus. Permukaan kontak pemutus yang kotor harus segera dibersihkan dengan ampelas. Besar celah kontak pemutus antara 0,4 sampai 0.5 mm. Jika penyetel celah kontak pemutus dilakukan dengan pengetes dwel, besarnya sudut dwel untuk motor 4 silinder  biasanya 50 - 60 derajat. Untuk motor 6 silinder biasanya 38 - 42 derajat.

·         Untuk sistem pengapian dengan kontak pemutus, periksa dan setel saat pengapian dengan lampu timing.

·         Untuk sistem pengapian dengan komputer tidak perlu dilakukan penyetelan karena sistem ini memang tidak dapat disetel. Pemeriksaan dilakukan terhadap kabel - kabel tegangan tinggi dan keadaan elektroda busi.

·         Untuk sistem pengapian elektronik dengan pemberi sinyal. periksa saat pengapian dengan lampu timing. Penyetelan saat pengapian seperti pada sistem konvensional. Besarnya sudut dwel diatur secara otomatis oleh unit kontrol dan tidak disetel.


      Jenis sistem pengapian elektronik


Sistem pengapian elektronik dapat juga terbagi menjadi :

1.       Sistem Pengapian Semi Elektronik

Sistem pengapian semi elektronik adalah sistem pengapian yang proses pemutusan arus primer koil menggunakan transistor, tetapi masih menggunakan kontak pemutus sebagai pengontrol kerja transistor. Pada sistem ini kontak pemutus hanya dilewati arus yang sangat kecil sehingga tidak terjadi percikan api pada kontakkontaknya dan efek baiknya adalah kontak pemutus awet dan tidak cepat aus. Kontak pemutus ini hanya digunakan untuk mengalirkan arus basis pada transistor yang sangat kecil jika dibandingkan dengan langsung digunakan untuk memutus arus primer koil seperti pada sistem pengapian konvnesional.

Apabila kontak pemutus tertutup, maka arus dari positif baterai mengalir ke kaki emitor E transistor, ke kaki basis B, ke kontak pemutus, kemudian ke massa. Aliran arus ke kaki basis ini menyebabkan transistor ON sehingga kaki emitor dan kolektor dari transistor terhubung. ON-nya transistor ini menyebabkan arus mengalir juga (perhatikan gambar di bawah) dari baterai ke kaki emitor E, ke kaki kolektor C, ke kumparan primer koil, kemudian ke massa. Aliran arus ini menyebabkan terjadinya medan megnet pada koil.

Cam selalu berputar pada saat mesin hidup, sehingga pada saat tertentu cam akan mendorong kontak pemutus. Dorongan cam ini menyebabkan kontak terbuka dan arus primer koil dengan cepat terhenti sehingga medan magnet yang tadi terbentuk dengan cepat hilang. Perubahan garis-garis gaya magnet yang sangat cepat ini menyebabkan terjadinya tegangan tinggi pada kumparan sekunder koil yang kemudian diteruskan ke busi melalui distributor. Dengan demikian pada elektroda busi akan terjadi percikan bunga api yang digunakan untuk membakar campuran udara bahan bakar di dalam ruang bakar.



2.      Sistem Pengapian Full Elektronik

Sistem pengapian full elektronik adalah pengembangan dari sistem pengapian semi transistor. Pada sistem pengapian semi transistor sinyal untuk memicu kerja transistor berasal dari kontak pemutus sedangkan pada sistem pengapian full transistor sinyal pemicu kerja transistor berasal dari sinyal generator yang menghasilkan tegangan ON dan OFF.

Rangkaian elektronik pada sistem pengapian ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian penghasil pulsa (pulse generator), bagian penguat pulsa (amplifier), dan bagian transistor daya yang berfungsi sebagai saklar. Generator pulsa berfungsi untuk menghasilkan sinyal tegangan untuk mengontrol kerja transistor. Sinyal tegangan ini biasanya dihasilkan dari beberapa macam, yaitu :

·         Tipe induktif (medan magnet dan kumparan)

·         Tipe efek Hall (semikonduktor dan magnet) dan

·         Model infra merah atau model cahaya.

Sinyal tegangan yang dihasilkan masih sangat lemah sehingga tidak bisa langsung dimanfaatkan untuk memicu kerja transistor sehingga perlu dikuatkan olah bagian penguat. Sinyal tegangan yang sudah kuat kemudian digunakan untuk memicu transistor sehingga dapat bekerja ON dan OFF untuk mengalirkan dan memutus arus primer koil.



·         Tipe Induktif

Sistem pengapian dengan pembangkit pulsa model induktif terdiri dari penghasil pulsa, ignitier, koil, distributor dan komponen pelengkap lainnya. Sistem pembangkit pulsa induktif terdiri dari kumparan pembangkit pulsa (pick up coil), magnet permanen, dan rotor pengarah medan magnet. Secara sederhana rangkaian sistem pengapian ini digambarkan seperti skema berikut.




Gambar Tipe induktif



1)      Pada saat mesin mati

     Pada saat kunci kontak ON arus mengalir menuju titik P. Besarnya tegangan pada titik ini (yang diatur oleh pembagi tegangan R1 dan R2) berada di bawah tegangan basis yang diperlukan untuk mengaktifkan transistor (melalui pick up coil). Hal ini menyebabkan transistor tidak aktif (OFF) selama engine mati sehingga tidak terjadi aliran arus pada kumparan primer koil.

2)      Pada saat mesin hidup

     Saat mesin sudah hidup, rotor sinyal berputar (mendekati pick up coil) dan menyebabkan terjadinya pulsa tegangan AC pada pick up coil. Bila tegangan yang dihasilkan adalah positif, maka tegangan ini ditambahkan dengan tegangan yang terdapat pada titik P sehingga tegangan di titik Q naik dan besarnya melebihi tegangan basis transistor. Adanya arus basis ini menyebabkan transistor menjadi aktif (ON) sehingga kaki kolektor dan emitornya terhubung yang menyebabkan arus dari baterai mengalir ke kunci kontak, ke kumparan primer koil, ke kaki kolektor, ke emitor, kemudian ke massa. Aliran arus ke kumparan primer koil ini menyebabkan terjadinya medan magnet pada koil. Rotor selalu berputar, sehingga pada saat gigi rotor meninggalkan pick up coil terjadi tegangan AC dengan polaritas berbeda (negatif). Tegangan ini jika ditambahkan dengan tegangan yang terdapat dalam titik P menjadi tegangan yang besarnya di bawah tegangan kerja transistor. Akibatnya adalah transistor menjadi tidak aktif (OFF) dan antara kaki kolektor dan emitor transistor menjadi tidak terhubung. Hal ini menyebabkan aliran arus primer dengan cepat berhenti dan medan magnet pada koil dengan cepat berubah (collapse). Perubahan garis gaya magnet dengan cepat ini menyebabkan terjadinya tegangan induksi pada kumparan sekunder. Tegangan tinggi ini diteruskan ke distributor dan dibagikan ke tiap-tiap busi sesuai dengan urutan penyalaan (firing order).



·         Tipe Half Effect

     Pembangkit pulsa untuk mengaktifkan power transistor dengan model hall Effect digambarkan sebagai berikut: Apabila bahan semikonduktor dialiri arus listrik dari sisi kiri ke kanan dansemikonduktor tersebut berada dalam suatu medan magnet, maka pada arah tegak lurus terhadap aliran arus itu akan timbul tegangan yang disebut dengan tegangan Hall Vh (Hall adalah nama ilmuwan yang meneliti fenomena tersebut).

     Apabila medanmagnet yang berada di sekitar semikonduktor tersebut dihilangkan, maka tegangan yang tegak lurus terhadap aliran arus itu juga akan hilang. Medan magnet dihalangi oleh plat logam sehingga tidak melewati semi konduktor, dalam hal ini Vh = 0. Bila bilah logam dihilangkan, maka medan magnet dapat melewati semikonduktor dan Vh ≠ 0. Bila bilah logam itu secara teratur melintasi medan magnet maka pada tegangan Hall akan muncul dan hilang membentuk pulsa tegangan kotakkotak. Pulsa inilah yang digunakan untuk mentriger rangkaian transistor untuk memutus dan mengalirkan arus primer koil.




Gambar Tipe half effect



·         Sistem Pengapian Model Iluminasi / Cahaya

     Pada sistem pengapian iluminasi, cahaya dimanfaatkan untuk mengaktifkan dan menonaktifkan phototransistor sehingga menghasilkan sinyal yang kemudian diperkuat oleh bagian amplifier untuk power transistor. Pada saat power transistor ON, arus mengalir melalui kumparan primer koil sehingga terbentuk medan magnet pada koil. Pada saat transistor OFF, arus primer terputus sehingga medan magnet dengan cepat hilang yang menyebabkan terjadinya induksi tegangan tinggi pada kumparan sekunder koil.

     Sumber cahaya bisanya berasal dari dioda bercahaya yang menghasilkan sinar infra merah, dan cahaya tersebut diterima oleh phototransistor yang dapat aktif atau bekerja apabila terkena cahaya. Untuk menghalangi cahaya agar phototransistor OFF, digunakan rotor yang berbentuk bilah-bilah dengan lebar coakan / celah sebesar sudut dwell. Bila cahaya tidak terhalangi dan mengenai phototransistor, (hal ini identik dengan saat kontak pemutus tertutup pada sistem pengapian konvensional), atau saat terjadi aliran arus pada kumparan primer koil. Saat cahaya terhalangi oleh bilah rotor, identik dengan kontak pemutus terbuka dan arus primer koil terputus.



·         Sistem Pengapian CDI

     Kepanjangan dari CDI adalah Capasitive Discharge Ignition, yaitu sistem pengapian yang bekerja berdasarkan pembuangan muatan kapasitor. Konsep kerja sistem pengapian CDI berbeda dengan sistem pengapian penyimpan induktif (inductive storage system). Pada sistem CDI, koil masih digunakan tetapi fungsinya hanya sebagai transformator tegangan tinggi, tidak untuk menyimpan energi. Sebagai pengganti, sebuah kapasitor digunakan sebagai penyimpan energi. Dalam sistem ini kapasitor diisi (charged) dengan tegangan tinggi sekitar 300 V sampai 500 V, dan pada saat sistem bekerja (triggered), kapasitor tersebut membuang (discharge) energinya ke kumparan primer koil pengapian. Koil tersebut menaikan tegangan (dari pembuangan muatan kapasitor) menjadi tegangan yang lebih tinggi pada kumparan sekunder untuk menghasilkan percikan api pada busi. Saat bekerja, kapasitor dalam sistem pengapian ini secara periodik diisi oleh bagian pengisi (charging device) dan kemudian muatannya dibuang ke kumparan primer koil untuk menghasilkan tegangan tinggi

     Secara sederhana sistem pengapian CDI digambarkan dengan skema seperti pada gambar di atas, dan rangkaian tersebut jika dikelompokkan menjadi elemenelemen yang lebih kecil sesuai dengan kerjanya masing-masing maka dapat dikelompokkan menjadi enam blok seperti pada gambar. Keenam bagian utama dari sistem pengapian CDI tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a.       Converter DC ke DC.

           Bagian ini berfungsi untuk mensuplai tegangan untuk pengisian kapasitor. Bagian ini pada prinsipnya terdiri dari rangkaian pengubah arus searah (DC) dari baterai menjadi (seolah-olah) arus bolak-balik (AC) dengan rangkaianflip-flop. Arus AC yang dihasilkan kemudian dinaikan tegangannya oleh transformator step up menjadi sekitar 300 sampai 500 Volt dan kemudian disearahkan kembali dengan dioda sistem jembatan. Tegangan tinggi inilah yang digunakan untuk mengisi kapasitor. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa bagian ini berfungsi untuk mengubah arus DC menjadi AC kemudian dinaikan tegangannya dan kemudian disearahkan kembali menjadi DC.

b.      Kapasitor berfungsi untuk menyimpan energi listrik yang disuplai oleh Konverter DC ke DC.

c.       Generator pulsa berfungsi sebagai pemicu (trigger) atau penghasil sinyal untuk mengaktifkan thyristor.

d.      Penguat pulsa (Amplifier) berfungsi sebagai penguat sinyal yang dihasilkan oleh bagian pembangkit sinyal sehingga sinyal tersebut cukup kuat untuk mengaktifkan thyristor.

e.       Saklar thyristor (Thyristor switch)  berfungsi untuk mengalirkan energi dari kapasitor ke koil pengapian. Thyristor ini merupakan komponen semikonduktor yang akan bekerja (ON) oleh adanya pulsa tegangan pada kaki gate-nya. Pada saat distributor berputar, pulsa tegangan dihasilkan olehpick up coil. Pulsa ini dikuatkan oleh amplifier untuk kemudian meng-ON-kan thyristor. Pada saat ON inilah kapasitor mengeluarkan energinya ke kumparan primer koil. Kemudian thyristor kembali OFF dan kapasitor terisi kembali.

f.       Koil  berfungsi sebagai transformator yang menghasilkan tegangan tinggi untuk disalurkan ke busi.



Sistem Pendinginan

       Motor bakar dalam operasionalnya menghasilkan panas yang berasal dari pembakaran bahan bakar dalam silinder. Panas yang dihasilkan tadi tidak dibuang akibatnya komponen mesin yang berhubungan dengan panas pembakaran akan mengalami kenaikan temperatur yang berlebihan dan merubah sifat-sifat serta bentuk dari komponen mesin tersebut. Sistem pendinginan diperlukan untuk mencegah terjadinya perubahan tersebut. Sistem pendinginan yang biasa digunakan pada motor bakar ada dua macam yaitu :

1.      Sistem Pendinginan Udara (Air Cooling System)

Pada Sistem pendinginan jenis udara, panas yang dihasilkan dari pembakaran gas dalam ruang bakar dan silinder sebagian dirambatkan keluar dengan menggunakan sirip-sirip pendingin yang dipasangkan di bagian luar dari silinder dan ruang bakar. Panas yang dihasilkan ini selanjutnya diserap oleh udara luar yang memiliki temperatur yang jauh lebih rendah daripada temperatur pada sirip pendingin. Bagian mesin yang memiliki temperatur tinggi memiliki sirip pendinginan yang lebih panjang daripada sirip pendingin yang terdapat di sekitar silinder yang bertemperatur lebih rendah. Udara yang berfungsi menyerap panas dari sirip-sirip pendingin harus berbentuk aliran atau harus mengalir, hal ini dimaksudkan agar temperatur udara sekitar sirip lebih rendah sehingga penyerapan panas tetap berlangsung secara baik.

Untuk menciptakan keadaan itu maka aliran udara harus dibuat dengan jalan menciptakan gerakan relatif antara sirip dengan udara. Keadaan ini dapat ditempuh dengan cara menggerakkan sirip pendingin atau udaranya. Ada dua kemungkinan: apabila sirip pendingin yang digerakkan berarti mesinnya bergerak seperti mesin -mesin yang dipakai pada sepeda motor secara umum. Untuk mesin-mesin yang secara konstruksi diam/stasioner dan mesin-mesin yang penempatannya sedemikian rupa sehingga sulit untuk mendapatkan aliran udara, udara yang dibutuhkan diciptakan dengan cara dihembuskan oleh blower yang dihubungkan langsung dengan poros engkol hasil putaran akibat langkah kerja siklus motor bakar. Penghembusan udara oleh blower hasil putaran poros engkol juga akan menciptakan aliran udara yang sebanding dengan kecepatan mesin sehingga pendinginan sempurna dapat terjadi pada mesin tersebut.

      Jumlah panas yang dilepaskan ke udara tergantung pada :

a.       Jumlah udara yang mengalir melalui sirip.

b.      luas permukaan Fin.

c.       konduktivitas termal dari logam yang digunakan untuk sirip.






 






2.      Sistem pendinginan Air (Water Cooling System)

Sistem pendinginan air panas yang berasal dari pembakaran gas dalam ruang bakar dan silinder sebagian diserap oleh air pendingin yang bersirkulasi melalui dinding silinder dan ruang bakar. Keadaan ini dapat terjadi karena adanya mantel air pendingin (water jacket). Panas yang diserap oleh air pendingin pada mantel-mantel air selanjutnya akan menaikkan temperatur air pendingin tersebut. Jika air pendingin itu tetap  berada pada water jacket maka air itu cenderung akan mendidih dan menguap. Hal tersebut sangat merugikan, oleh karena itu untuk menghindarinya air tersebut disirkulasikan. Air yang memiliki temperatur yang masih dingin dialirkan mengganti air yang memiliki temperatur lebih panas dengan kata lain air yang lebih panas dialirkan keluar.



    

     Komponen - Komponen Sistem Pendinginan Air


 






            Sistem pendinginan air memiliki bagian-bagian yang bekerja secara integrasi satu dengan yang lainnya, komponen-komponen tersebut akan bekerja untuk mendukung kerja sistem pendinginan air, antara lain :





1.      Radiator

 Radiator adalah alat yang berfungsi untuk mendinginkan air yang telah menyerap panas dari mesin dengan cara membuang panas air tesebut melalui sirip-sirip pendinginnya.Konstruksi radiator terdiri dari:

A.    Tangki atas

B.     Inti radiator

C.     Tangki Bawah

D.    Tutup Radiator


 










2.      Pompa Air


Alat ini berfungsi untuk mensirkulasikan air pendingin dengan jalan membuat perbedaan tekanan antara saluran isap dengan saluran tekan yang terdapat pada pompa. Jenis pompa air yang digunakan ialah pompa air sentrifugal. Pompa ini dapat berputar karena digerakkan oleh mesin melalui tali kipas (V - Belt).




 




3.      Kipas  ( Fan )

Berfungsi untuk mengalirkan udara pada inti radiator agar panas yang terdapat pada inti radiator dapat dirambatkan dengan mudah ke udara. Pemasangan kipas biasanya dibagian depan dari poros pompa air sehingga putaran kipas sama dengan putaran pompa air yang selanjutnya menyebabkan aliran udara sesuai dengan putaran mesin. Untuk menyesuaikan antara kecepatan putar dari mesin dengan kecepatan pengaliran udara yang dapat menyerap panas dari radiator, maka besar dan jumlah daun kipas dibuat sesuai dengan kebutuhan mesin untuk menghasilkan angin Kipas pada konstruksi yang lain ada kalanya digerakkan menggunakan motor listrik, hal ini untuk mencegah terjadinya over cooling.

 Kerja dari motor listrik ini tergantung pada temperatur air pendingin yang mengatur aliran arus listrik dari baterai ke motor. Cara kerja dari sistem ini ialah apabila temperatur air pendingin naik mencapai 93° maka arus listrik akan mengalir yang mengakibatkan kipas akan berputar, dalam proses kerjanya sistem ini dilengkapi dengan relay dan water temperatur switch sebagai kontrol pengendalinya. Efek pendinginan yang maksimal terjadi pada jarak pemasangan radiator terhadap kipas pendingin yang berdekatan, hal ini timbul dikarenakan volume udara yang dihasilkan oleh kipas pendingin akan semakin besar. Jarak pemasangan radiator itu sendiri berpengaruh pada proses pendinginan.



                









4.      Katup Termostat

Secara ideal air pendingin bersirkulasi apabila suhu ideal mesin telah dicapai, dengan kata lain apabila air pendingin dibuat bersirkulasi pada suhu masih rendah maka suhu air pendingin sukar mencapai idealnya. Untuk tujuan tersebut maka pada sistem pendingin dilengkapi dengan katup thermostat yang berfungsi sebagai penahan air pendingin pada suhu rendah dan membuka saluran air pendingin dari mesin ke radiator dan ke mesin pada saat mesin telah mencapai suhu idealnya. Pemasangan katup ini biasanya pada saluran air keluar dari mesin ke radiator yang dimaksudkan agar lebih mudah untuk melakukan proses kerjanya.

Cara kerja dari katup thermostat ini ialah pada saat air pendingin suhunya masih rendah katup akan tetap pada posisi tertutup apabila temperatur air pendingin mulai naik sekitar 80°C sampai dengan 90°C lilin di dalam katup thermostat akan memuai dan menekan karet, keadaan ini akan mengubah bentuk dan menekan poros katup sehingga akan membuat posisi katup menjadi terbuka. Untuk mengatasi tekanan air yang berlebihan pada saat katup thermostat masih tertutup, maka dibuatkan saluran pintas (by pass passage) ke saluran pompa air.


 








5.      Mantel Pendingin ( Water Jacket )

Mantel pendingin dapat digambarkan secara sederhana sebagai sebuah ruangan yang berada disekeliling silinder mesin dan kepala silinder mesin. Keberadaan bagian ini berfungsi untuk mendinginkan silinder dan kepala silinder mesin. Proses pertukaran panas berlangsung pada bagian ini, dimana panas yang berada pada silinder dan kepala silinder mesin akan diserap oleh air yang bersirkulasi melewati bagian mantel air ini. Mantel pendingin ini secara konstruksi berhubungan dengan tangki radiator.

Tidak ada komentar: